Kenal Lebih Dekat Dengan X-Trans Sensor Fujifilm

, , No Comments



Jadi belum lama ini saya memutuskan untuk pindah haluan atau istilah syariahnya pindah 'agama' dari penganut canon yang cukup fanatik (dari tahun 2009) beralih ke penganut Fujifilm (Mirrorless).

Tentu ini tidak mudah kawan.. Selama hampir delapan tahun menggunakan Canon tidak sedikit uang yang saya hasilkan dari kamera-kamera tersebut, entah dari menang lomba, project kantor, hingga beberapa side job wedding photography yang pernah saya garap.

Lalu apa yang membuat saya memilih merk Fuji? Bukan Sony, Olympus, atau bahkan Canon mirrorless? Saya sengaja nggak masukin Leica ke dalam daftar karena harganya sangat jauh dari jangkauan saya. :((

Jika dikatakan bobotnya yang sangat ringan, mirrorless merk lain pun rata-rata memiliki bobot yang kurang lebih sama. Pun bentuknya yang vintage/classic, olympus juga mengeluarkan bentuk serupa pada seri-seri OM-D dan Olympus Pen nya. Atau harganya yang cukup euhm premium dibanding dengan merk lain.

Semua alasan di atas sudah barang tentu menjadi pertimbangan saya, namun ada satu terobosan menarik dari fujifilm yang tidak dimiliki oleh produsen kamera lain.

Adalah sensor jenis baru yang dibuat oleh fuji yang dikabarkan sangat tajam, mereka memberinya nama X-Trans CMOS Sensor. Benda ini yang membuat orang-orang (termasuk saya) sangat berhasrat untuk memiliki fujifilm.


Jadi sensor tradisional yang digunakan DSLR dan mirrorless lain hingga saat ini mengadopsi susunan pixel RGB (dengan 1 pixel terdiri dari 1 sensor Red, 1 sensor blue dan 2 sensor Green).

Susunan ini repetitif, sehingga mudah diproduksi dan mudah pula di proses (de-mosaicing – mengubah RAW menjadi JPEG). Oleh karenanya semua produsen menggunakan jenis sensor ini.



Tetapi susunan ini bukannya tanpa masalah. Karena repetisi nya maka dalam kondisi pemotretan pattern halus tertentu muncul lah Moire Pattern yang hasilnya tidaklah indah.

Credit: google.com
Oleh karena itu “jalan pintas” yang diambil para produsen adalah dengan menggunakan filter anti alias. Percaya atau tidak filter yang diletakkan di depan sensor ini bertujuan mengaburkan sedikit hasil foto. Ya, jadi produsen secara sengaja (demi menghindari moire pattern) sebenarnya membuat sensor mereka sedikit lebih blur / tidak tajam.



Nikon D800E mencabut penggunaan anti alias ini, mengakibatkan peningkatan cukup signifikan dalam hal Image Quality. Tetapi masalahnya tetap sama, muncul moire pattern.
Fuji mengatasinya dengan lebih “cerdas” yaitu dengan mengubah susunan pattern nya menjadi “random”.








Dengan random nya pattern maka Moire Pattern bisa dihindari dan Anti Alias tidak lagi dibutuhkan. Sensor fuji bisa menghasilkan Image Quality maksimal nya, tanpa terbatas oleh filter anti alias, sementara tetap menghindari Moire Pattern.

Gimana, keren khan sensornya? Ehe ehe..

Gimana hasil image quality nya? Nanti akan saya review pada postingan selanjutnya.
Sudah hampir jem 5, mau siap-siap buat bukaan dulu.

Tabik.

Src: motoyuk.com
Gambar Utama: Pinterest.com


0 comments:

Post a Comment